CIAMPEA, PortalPasundan.com — Kecamatan Ciampea memiliki salah satu cagar budaya bersejarah, Klenteng Hok Tek Bio. Klenteng yang diperkirakan berusia 150 tahun ini terletak di Jalan Letnan Sukarna, tepatnya di area Pasar Lama, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Menurut catatan sejarah, Klenteng ini dibangun pada tahun 1793 oleh leluhur marga Thung sekira abad ke-19. Bangunan ini salah satu Klenteng tertua di Bogor.
Klenteng berwarna merah tua ini memiliki dua ukiran naga yang berhadapan di atas atap Klenteng. Binatang naga diyakini sebagai binatang suci bagi masyarakat Tionghoa.
Di dalam Klenteng selain dijadikan tempat sembahyang, banyak barang-barang antik yang memiliki nilai sejarah tersendiri. Hanya saja tiang-tiang penyanggah di dalam Klenteng itu sudah berganti dari kayu ke besi.
Harison, salah satu pewaris generasi ke-4 Klenteng Hok Tek Bio Ciampea, memperkirakan, Klenteng ini diperkirakan sudah berumur 150 tahun. Hanya saja untuk tanggal dan bulannya ia sendiri tidak mengetahui secara pasti.
“Berdiri Klenteng ini saya kurang tahu persis. Karena kan saya ini memang regenerasi keempat. Jadi orangtua mungkin tahu Klenteng ini dibangun,” kata Harison, Jum’at (5/7/2024).
Klenteng Hok Tek Bio Ciampea berdiri di atas lahan 1.000 meter. Sedangkan luas bangunannya sendiri kurang lebih 500 meter.
Menurut Harison, Klenteng ini selain memiliki nilai sejarah juga banyak cerita tersendiri yang dialami pra pengunjungnya.
“Selain tua, Klenteng ini punya cerita tersendiri. Artinya banyak orang yang pernah mengalami kejutan-kejutan setelah sembahyang di Klenteng sini,” jelasnya.
Salah satunya, sebut Harison, banyak orang yang menemukan hal-hal yang bermanfaat dari adanya Kelenteng ini. “Dulu pernah orang Jakarta, dia punya banyak hutang, terus dia sembahyang di sini dan hutangnya lunas.Tapi yang jelas setelah sembahyang di sini dia rezekinya ada lah. Nah kalau bahasa Islamnya ‘Wallahu alam,” terang Harison.
Dikatakan Harison, Klenteng ini terakhir direnovasi tahun 2000. Namun dua gapura atau tugu tempat pembakaran kertas dan dupa masih asli dan dipertahankan hingga saat ini.
“Gapura atau tugu itu salah satu ikonik kelenteng ini. Kalau yang lain sudah mengalami perubahan, tapi tidak mengubah bangunan yang lama,” ujarnya.
Untuk menjaga nilai-nilai sejarah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menetapkan Klenteng Hok Tek Bio sebagai cagar budaya. Karena bangunan ini sudah berumur ratusan tahun.
“Kegiatan Klenteng di sini, kami kadang kadang satu bulan dua kali sembahyang, namanya Cipcago. Kalau untuk kegiatan yang lainnya kami suka bagi bagi sembako, itu kami lakukan setahun dua kali,” bebernya.
Bagi masyarakat Tionghoa, Klenteng ini berfungsi untuk kegiatan ritual dan kegiatan sosial seperti masjid-masjid pada umumnya sama. Selain itu, Kelenteng ini terbuka bagi orang-orang yang ingin beristirahat ketika kemalaman di perjalanan.
“Kalau Imlek untuk jamaah kebanyakan di sekitaran sini, tapi ada juga dari luar Bogor atau pendatang. Seperti dari Bangka dan Kalimantan. Kalau untuk Imlek kami kegiatannya setengah bulan dari tanggal 1, terakhir tanggal 15-nya Cap Go Meh,” pungkasnya.
(Rdy)