migrasi

Greenpeace Sebut Matinya Paus Sperma di Teluk Balikpapan Akibat Pembangunan IKN

portalpa - Sabtu, 28 September 2024 | 10:15 WIB

66f690c1e8e37

Portalpasundan.com – Ikan paus sperma (physeter macrocephalus) yang terdampar di perairan Muara Teritip, 35 kilometer utara pusat Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, akhirnya mati, setelah terdampar sejak Senin (22/9/2024).

Menurut catatan Pengawas Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), paus sperma yang mati ini adalah paus keempat yang terdampar di Teluk Balikpapan.

Pada tahun 2009 ada paus pembunuh palsu (pseudoorca crassidens) yang terdampar di Pantai Lamaru. Paus yang selintas pasti dikira orca ini juga akhirnya mati.

Sepuluh tahun kemudian, ada kejadian terdampar lagi. Satu paus pembunuh kerdil (feresa attenuata) terdampar pada Juni 2019 di Pantai Manggar.

Para relawan dan petugas berhasil menyelamatkannya dan paus kembali berenang ke laut lepas.

Namun pada Desember 2019, satu paus gigi sikat (baleen whale) terdampar dan akhirnya mati di Pantai Seraya, pantai di pemukiman warga di dekat Lanud Dhomber TNI AU.

Terkait fenomena ini, Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia Afdillah menilai matinya sejumlah paus di Teluk Balikpapan merupakan peringatan penting bahwa wilayah laut Indonesia jalur migrasi kunci bagi beragam spesies termasuk spesies langka dan dilindungi seperti paus sperma.

Afdillah menengarai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi salah satu penyebab matinya paus sperma ini. Pembangunan IKN tidak hanya berdampak pada ekosistem di darat, tetapi juga berdampak pada ekosistem laut.

Hal ini karena sebagian besar mobilisasi menuju IKN melalui laut sehingga meningkatkan kesibukan/intensitas transportasi di jalur pelayaran di Teluk Balikpapan.

“Tentu saja, pembangunan IKN mengganggu ekosistem laut di sekitarnya, termasuk jalur migrasi paus karena system navigasi ikan paus sangat sensitive dan rentan terganggu oleh aktivitas pelayaran,” ujar Afidllah kepada Kompas.com, Jumat (27/9/2024).

Selain itu, lanjut Afdillah, matinya sejumlah paus di Teluk Balikpapan adalah bentuk kelalaian dalam perencanaan pembangunan IKN yang tergesa-gesa dan tanpa mempertimbangkan mengenai dampaknya terhadap ekosistem laut pesisir.

Untuk diketahui, paus sperma mati pada Kamis (25/9/2024) di Teluk Balikpapan.

“Ketika kami kembali ke lokasi terdampar pagi, kami temukan dia sudah tidak bernapas lagi,” kata Pengawas Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Heri Seputro, dikutip dari Antaranews.

Padahal para petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Wilayah Konservasi III Balikpapan, KKP, dan para relawan, sudah berhasil mengarahkan kepala paus ke arah laut lepas.

Mereka berharap seiring dengan pasang naik pada Kamis tengah malam, paus dapat membebaskan dirinya sendiri.

“Untuk sementara bangkainya kami tambatkan agar tidak dibawa arus. Kami berkoordinasi dulu untuk langkah berikutnya,” lanjut Heri.

Dalam prosedur penanganan satwa, pada bangkai itu akan segera dilakukan nekropsi (bedah mayat untuk bangkai hewan).

Nekropsi dilakukan untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kematian. Dengan panjang badan 15 meter dan berat diperkirakan tidak kurang dari 40 ton, nekropsi akan dilakukan di pantai atau dekat tempat terdamparnya.

Setelah nekropsi barulah bangkai ditarik ke tengah laut untuk ditenggelamkan. Di sisi lain, kematian paus ini membuat sedih banyak pencinta satwa dan pencinta alam Balikpapan.

“Mungkin sudah saatnya Balikpapan punya unit khusus untuk menangani satwa terdampar,” kata Janu, warga Klandasan.

(JK)

Tags
Artikel Terkait
Rekomendasi
Terkini