CIGUDEG, PortalPasundan.com — Beberapa kesenian tua di Bumi Tegar Beriman Kabupaten Bogor terancam punah. Ada yang mulai ditinggalkan pelaku dan penontonnya karena serbuan budaya baru dan bahkan asing, ada pula karena kondisi lingkungannya.
Salah satu yang terancam punah karena kondisi lingkungannya ialah kesenian Angklung Gubrak, yang berada Kampung Cipining, Desa Argapura, Cigudeg, Kabupaten Bogor.
“Sayang seribu sayang kesenian Angklung Gubrak yang dikelola oleh Kang Jawer, terancam punah kalau terus dibiarkan dan tanpa didukung serta diantisipasi. Hal itu karena lokasi tempat penanaman bambunya yang disakralkan oleh mereka, yaitu Gunung Pasir Angklung kini terancam dikuasai perusahaan tambang atau lainnya karena lokasi di sekitarnya sudah dimiliki oleh mereka,” beber tokoh masyarakat Bogor Barat, Ade Wardhana Adinata, Jumat (12/7/2024).
Pria yang digadang-gadang maju kembali di ajang Pemilihan Bupati (Pilbup) Bogor 2024 itu menuturkan, untungnya kesenian Angklung Gubrak yang sesuai pakem dari leluhurnya kini ada penerusnya yaitu Kang Jawer.
“Kang Jawer yang berusia 33 tahun, tak hanya sebagai penerus dan pewaris asli dan penggiat dari para leluhurnya, tetapi juga pengajar dan pelestari dari kesenian Angklung Gubrak di sanggarnya Nonoman Cipining Makalangan. Ia dan rekan-rekannya harus didukung, karena Angklung Gubrak adalah awal mula seni angklung di Tatar Sunda, berusia sudah lebih dari 600 tahun,” tutur Ade Wardhana Adinata.
Politisi sekaligus akademisi ini menyebut, kesenian Angklung Gubrak bisa dibuat sebagai wisata tematik, infrastrukturnya harus disiapkan Pemkab Bogor, dibuatkan sanggar atau tempat dimana orang dalam dan luar negeri bisa belajar.
“Kesenian Angklung Gubrak dengan Kampung Cipiningnya bisa menjadi daya tarik wisata, pasarnya jelas yaitu para pelajar dan mahasiswa di dalam dan luar negeri. Mereka bisa diajarkan mulai dari sejarah, penanaman tanaman bambu, pemilihan dan pemotongan bambu, hingga menjadi alat musik Angklung Gubrak. Selain itu, para wisatawan ini juga diajarkan cara memainkan alat musik tradisional tersebut,” sebutnya.
Alumni IPB University ini menambahkan bahwa wisata tematik Angklug Gubrak nantinya bisa ikut dipasarkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Sayaga Wisata.
“PT Sayaga Wisata bisa berperan sebagai marketingnya, selama belajar dan berwisata, wisatawan bisa menginap di home stay milik masyarakat sekitar, hingga menjadi daya ungkit ekonomi masyarakat Kampung Cipining Desa Argapura dan sekitarnya,” tambahnya.
Ade menjelaskan, di sini penting atau diperlukannya kreatifitas seorang Bupati Bogor ke depan, karena terlalu banyak potensi di Kabupaten Bogor yang mubazir disebabkan ketidakpahaman seorang pemimpin terkait potensi daerah khususnya desa-desa di Kabupaten Bogor.
“Investor kan banyak di Kabupaten Bogor, jadikan mereka bapak asuh, membina desa-desa. Kalau desa terbangun maka perekonomian pasti berkembang, otomatis memerangi kemiskinan, menekan angka pengangguran dan bayi stunting tidak akan terjadi seperti saat ini,” jelasnya.
Kang Jawer berharap ada perlindungan dari pemerintah, agar Gunung Pasir Angklung yang masih dimiliki masyarakat adat tidak dikuasai oleh corporate, lalu beralih fungsi.
“Kami mengharapkan, kawasan Gunung Pasir Angklung dilindungi dan tak beralih fungsi karena pasti bakal ada upaya perluasan area pertambangan. Kami selama ini menyakini dan mengkeramatkan gunung tersebut,” harap Kang Jawer yang bernama asli Ariansyah ini.
(MUL)